Ilustrasi SKK Migas 

nusakini.com - Institut Teknologi Adhi TamaSurabaya (ITATS) menjadi sasaran Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) untuk menggelar sosialisasi Pengelolaan Industri Hulu Migas di Indonesia, Kamis (15/9/2016).

Kepala Perwakilan SKK Migas Jawa Bali dan Nusa Tenggara (Jabanusa), Ali Masyhar mengatakan kegiatan ini merupakan bagian dari sharing knowlegde antara dunia Migas dengan dunia pendidikan.

"ITATS sebagai salah satu institut pencetak SDM pertambangan, dan dengan adanya sosialisasi serta paparan perkembangan gas dan minyak yang tengah digarap oleh SKK Migas ini, semoga kedepannya dapat menyiapkan tenaga Migas yang lebih update lagi," ungkapnya..

Ia mengungkapkan, saat ini produksi minyak mentah Indonesia terus turun dengan rata-rata 20 persen per tahun. Dalam kondisi tersebut, produksi minyak mentah Indonesia pada tiga sampai lima tahun ke depan akan turun hingga 500.000 barel per hari (bph), jika dibandingkan dengan kebutuhan atau permintaan masyarakat hal ini sangatlah kurang.

"Potensi alam yang menghasilkan minyak dan gas, saat ini hanya tersisa 300-350 wilayah di seluruh Indonesia, Sumber gas yang sedang kami tangani dengan dua proses yaitu dalam tahap eksplorasi ada 250an sumber dan proses eksploitasi 65-70 sumber. yang terletak di wilayah kerja Aceh, Sumatra Selatan, Kalimantan, Jatim dan wilayah lainnya," paparnya.

Hal itu, menurutnya sangat berpengaruh dalam pendapatan negara, terbukti pendapatan negara dari gas dan minyak saat ini turun sangat drastis pertahunnya. Untuk menyiasati itu sangat dibutuhkan SDM yang pandai dalam menghasilkan sumber gas dan minya yang baru tanpa mengeluarkan dana banyak dari negara.

"Dulu pada tahun 2014, pembangunan dan pendapatan negara dalam penuhan APBN 70-80% nya di dapatkan dari migas. Namun, saat ini pendapatan migas turun menjadi 100 triliun pertahun, sehingga pengghasilan negara dari minyak dan gas hanya menyumbang 1 triliun saja perharinya," papar Ali.(p/mk)